Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan, dipimpin oleh Kahar Muzakkar, memiliki tujuan utama untuk mendirikan Negara Islam Indonesia di wilayah tersebut. Pemberontakan ini dipicu oleh kekecewaan Kahar Muzakkar terhadap pemerintah pusat terkait integrasi mantan gerilyawan ke dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Konflik ini berlangsung cukup lama dan menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan politik yang signifikan bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Akhirnya, pemberontakan berhasil dipadamkan oleh pemerintah, namun meninggalkan luka sejarah yang mendalam.